Disaster Recovery Plan: Cara Siapkan Bisnis Hadapi Risiko IT

Diposting pada : 2025-11-17 | Tags :

Perlu Menyiapkan Disaster Recovery Plan untuk Bisnis

Di tengah transformasi digital yang pesat, peran sistem IT dalam bisnis semakin krusial. Hampir semua aktivitas operasional mulai dari transaksi keuangan, layanan pelanggan, hingga penyimpanan data kini bergantung pada infrastruktur digital.

Namun, di balik kemudahan itu, ada risiko besar yang mengintai. Serangan siber, kegagalan sistem, atau bahkan bencana alam dapat melumpuhkan operasional bisnis hanya dalam hitungan jam. Ketika hal itu terjadi, perusahaan yang tidak siap bisa mengalami kerugian finansial besar, kehilangan data penting, dan kehilangan kepercayaan pelanggan.

Di sinilah pentingnya Disaster Recovery Plan (DRP) sebuah strategi terencana untuk memastikan bisnis mampu pulih dengan cepat setelah insiden IT. DRP bukan sekadar dokumen teknis, tetapi juga wujud kesiapan perusahaan menghadapi situasi darurat dengan sistematis dan efisien.

Baca Juga: 6 Cara Lindungi Data Bisnis dari Serangan Siber

Alasan Bisnis Perlu Disaster Recovery Plan

Banyak pelaku bisnis berpikir bahwa sistem keamanan siber saja sudah cukup untuk melindungi perusahaan. Padahal, keamanan hanyalah satu sisi dari manajemen risiko IT.

Ketika sistem gagal atau serangan terjadi, perusahaan membutuhkan rencana pemulihan (recovery) agar dapat kembali beroperasi secepat mungkin. Berikut beberapa alasan mengapa setiap bisnis baik skala kecil maupun besar  perlu memiliki Disaster Recovery Plan:

1. Meminimalisir Downtime

Bayangkan server perusahaan tiba-tiba error saat jam sibuk. Tanpa rencana pemulihan, setiap menit downtime bisa berarti kerugian besar. Disaster recovery plan membantu bisnis memulihkan sistem dengan cepat, memastikan layanan kembali normal. Semakin pendek waktu pemulihan, semakin kecil dampaknya terhadap produktivitas dan pendapatan.

2. Melindungi Data

Data adalah aset penting di era digital. Dari informasi karyawan hingga arsip pelanggan, semuanya bernilai tinggi. Disaster recovery plan memastikan adanya backup otomatis dan sistem pemulihan data terpercaya. Misalnya, jika ransomware menyerang sistem utama, Anda tetap bisa mengakses data versi terakhir melalui backup terproteksi di cloud.

3. Menjamin Kepatuhan

Beberapa industri seperti keuangan, kesehatan, dan pemerintahan memiliki regulasi ketat tentang keamanan data. Disaster recovery plan membantu bisnis memenuhi standar tersebut dengan menunjukkan kesiapan menghadapi insiden IT. Dengan dokumentasi yang baik, perusahaan bisa terhindar dari denda atau sanksi akibat kelalaian perlindungan data.

4. Meningkatkan Kepercayaan Stakeholder

Investor, klein, dan mitra usaha lebih percaya pada perusahaan yang punya perencanaan tanggap darurat jelas. Disaster recovery plan bukan hanya dokumen teknis, tetapi bentuk komitmen profesionalisme. Ketika bisnis bisa bangkit dengan cepat setelah krisis, reputasi pun semakin kuat di mata publik.

Langkah-langkah Merancang Disaster Recovery Plan

1. Lakukan Penilaian Risiko dan Dampak Bisnis (BIA)

Langkah pertama adalah memahami apa saja risiko yang mengancam sistem IT Anda. Lakukan Business Impact Analysis (BIA) untuk mengetahui proses penting mana yang harus diprioritaskan saat krisis. Dari sini, perusahaan bisa memperkirakan dampak finansial, reputasi, dan operasional jika sistem gagal.

2. Tentukan Strategi Pemulihan

Setelah mengetahui risiko utama, tentukan strategi pemulihan paling efektif. Misalnya, menggunakan server cadangan di lokasi berbeda (offsite backup), atau menerapkan sistem cloud-based redundancy agar data tetap aman. Pilih pendekatan sesuai skala bisnis dan anggaran yang tersedia. Tujuannya tidak lain adalah memastikan layanan tetap bisa berjalan dalam waktu sesingkat mungkin.

3. Dokumentasikan Prosedur Secara Detail

Buat panduan langkah demi langkah untuk setiap skenario darurat, mulai dari kerusakan hard drive hingga gangguan jaringan. Sertakan kontak tim darurat, vendor IT, dan peran tiap anggota dalam proses pemulihan. Dokumentasi yang rapi memudahkan siapa pun menjalankan prosedur tanpa panik saat insiden benar-benar terjadi.

4. Uji dan Perbarui Secara Berkala

Rencana yang tidak diuji sama saja dengan tidak ada. Lakukan simulasi pemulihan minimal setahun sekali agar tim terbiasa menghadapi situasi nyata. Gunakan hasil simulasi untuk memperbaiki kekurangan dan memperbarui teknologi yang sudah usang. Dengan begitu, disaster recovery plan Anda akan selalu relevan dengan ancaman terbaru.

Merancang disaster recovery plan bukan tentang menyiapkan hal terburuk, tetapi memastikan bisnis tetap tangguh menghadapi ketidakpastian. Dengan perencanaan yang jelas, Anda dapat melindungi data penting, meminimalkan downtime, dan menjaga kepercayaan pelanggan.

Untuk itu, memiliki infrastruktur IT yang kuat dan sistem pemulihan yang andal menjadi fondasi utama. Telkom melalui layanan Enterprise Solutions dan Data Center Services, termasuk solusi Disaster Recovery as a Service (DRaaS) dan Disaster Recovery Center (DRC), siap membantu perusahaan menjaga kelangsungan operasional, melindungi data penting, dan memastikan pemulihan cepat ketika gangguan terjadi.

Didukung oleh jaringan nasional yang luas, sistem keamanan berlapis serta layanan Cyber Security, Telkom memastikan operasional bisnis Anda tetap berjalan lancar bahkan di situasi paling kritis. Pelajari lebih lanjut tentang solusi ketahanan digital dari Telkom di telkom.co.id dan pastikan bisnis Anda siap menghadapi risiko IT dengan strategi yang tangguh dan berkelanjutan.

Baca Juga: Cloud Center Telkom: Pusat Data Modern untuk Perusahaan