Sub Menu
Save Our Planet




Telkom Group menyadari meningkatnya risiko perubahan iklim dan dampaknya terhadap seluruh lini bisnis, termasuk kualitas layanan bagi pelanggan. Sebagai respons, Telkom memulai penilaian risiko iklim pada tahun 2023, mencakup identifikasi risiko dan peluang terkait iklim serta analisis skenario iklim untuk memandu strategi adaptasi. Metodologi, proses, hasil, keterbatasan, dan asumsi dijelaskan dalam Laporan Risiko Iklim 2023, sesuai dengan kerangka pengungkapan IFRS S2. Telkom telah menetapkan strategi untuk meningkatkan ketahanan bisnis terhadap risiko iklim, termasuk penetapan metrik dan target utama, dengan emisi GRK sebagai metrik utama yang akan terus dipantau. Target Telkom mencakup pengurangan emisi Scope 1 dan 2 sebesar 20% pada tahun 2030 dibandingkan tahun dasar 2023, serta mencapai net zero untuk emisi Scope 1 dan 2 pada tahun 2030.
Komitmen Telkom Group terhadap efisiensi energi tercermin dalam investasinya, yang mencakup pengadaan dan retrofit lampu LED, refrigeran hemat energi, baterai, dan monitor berdaya rendah. Sebagai bagian dari komitmen untuk transisi menuju net zero emission, Telkom Group telah mengimplementasikan energi terbarukan di BTS dan fasilitas publik. Telkom Group juga memperluas penggunaan kendaraan listrik (EV) untuk mendukung operasional, yang dilengkapi dengan penyediaan titik pengisian daya EV. Saat ini, 17% dari total armada kendaraan operasional Telkom terdiri dari kendaraan listrik.
Operasional inti Telkom bergantung pada sumber daya material, seperti peralatan pendukung komunikasi, untuk memastikan kelancaran layanan kepada pelanggan. Dalam prosesnya, aktivitas ini menghasilkan limbah yang perlu dikelola secara bertanggung jawab sesuai dengan prinsip keberlanjutan.
Salah satu jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan operasional Telkom Group adalah limbah kabel serat optik. Telkom menargetkan setidaknya 70% limbah kabel serat optik dapat dialihkan dari tempat pembuangan akhir (TPA) pada tahun 2030. Hingga tahun 2024, tercatat bahwa jumlah limbah kabel serat optik yang berhasil dialihkan dari TPA oleh TIF mencapai 176.046 kg atau setara 80% dari total limbah kabel. Angka ini dihitung dengan membandingkan jumlah limbah kabel yang dapat dan telah digunakan kembali terhadap jumlah limbah kabel yang dikumpulkan oleh TIF.
Telkom mendorong digitalisasi melalui penerapan kebijakan penggunaan dan distribusi informasi secara daring, seperti nota dinas elektronik, rapat virtual, berbagi dokumen bersama, survei online, serta layanan SDM berbasis teknologi informasi. Inisiatif ini bertujuan untuk memaksimalkan upaya digitalisasi dan adopsi teknologi guna mengurangi penggunaan kertas.
Telkom Group memperoleh pasokan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Menyadari potensi dampak lingkungan dari penggunaan air, Telkom Group berkomitmen untuk menerapkan praktik pengelolaan air yang bertanggung jawab di seluruh gedung operasionalnya. Untuk mendukung inisiatif ini, Telkom Group mengoperasikan fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang memproses limbah cair melalui tahapan filtrasi. Hal ini memastikan bahwa air limbah yang dibuang ke sistem saluran kota atau didaur ulang memenuhi standar keamanan dan bebas dari grey water maupun black water.
Telkom Group memahami dampak lingkungan dari operasional bisnisnya, termasuk emisi GRK dan limbah, seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Sebagai bagian dari komitmen terhadap tanggung jawab lingkungan, Telkom juga aktif dalam kegiatan konservasi keanekaragaman hayati, meskipun tidak memiliki area operasional langsung di zona konservasi. Komitmen ini tercermin dari tidak adanya keluhan masyarakat terkait isu lingkungan yang timbul dari operasi Telkom sepanjang tahun 2024.
Pada tahun 2024, Telkom memfasilitasi penanaman 102.450 pohon di lahan seluas 4,6 hektare, bekerja sama dengan masyarakat lokal melalui program Hutan Binaan Digital Telkom. Selain konservasi ekosistem darat, Telkom juga aktif dalam inisiatif restorasi ekosistem laut. Pada tahun 2024, Telkom menanam 62.250 pohon mangrove (Rhizophora mucronata) dan melakukan transplantasi 896 substrat terumbu karang (Acropora sp dan Porites sp) di berbagai wilayah pesisir Indonesia.